Friday, October 01, 2010

Argo Sabar diseruduk....

Malam tadi 2 Oktober 2010 pukul 03.00, seperti malam-malam sebelumnya saya bangun untuk menjalankan ritualitas sehari, sebelum mengambil air wudlu saya sempatkan diri untuk menyalahkan TV sambil mengambil air minum untuk membasahi tenggorokan. Saya Ambil Remote dan saya pilih-pilih chanel yang saya inginkan. Di Metro TV bertepatan dengan acara Headline News, saya melihat ada berita kecelakaan kereta api di pemalang antara KA Argo Anggrek dan KA Senja Utama. Setelah melihat berita tersebut saya pun segera mengambil air wudlu dan sholat.
Di pagi saya penasaran dengan perkembangan berita kecelakaan kereta tadi dan saya nyalakan laptop dan membuka situs www.detik.com, di headlines detik.com saya kaget setelah membaca bahwa ternyata semalam juga terjadi kecelakaan kereta yang lain di Solo yaitu KA Bima dan Gaya Baru. Weleh.....kedua berita tadilah yang menginspirasi saya untuk menulis renungan ini.
Lima tahun lalu medio 2005 hingga 2007 hampir setiap 2 minggu sekali saya naik kereta jurusan Jombang – Yogyakarta. Karena keterbatasan uang saku saya memilih dua kereta ekonomi paling favorit yaitu Pasundan dan Sri Tanjung yang silih berganti saya naiki pulang dan pergi. Dan hampir selam 3 tahun tersebut saya mendapatkan banyak pengalaman yang sangat luar biasa di kereta ekonomi tersebut.
Naik kereta ekonomi bagi sebagian kalangan mahasiswa merupakan hal kurang diminati dengan alasan yang berbagai macam mulai dari yang dilihat Cuma sawah saja, lama, panas dan lain sebagainya.Tapi bagi sebagian kalangan mahasiswa yang lain naik kereta ekonomi merupakan pilihan yang favorit dengan berbagai macam alasan juga, seperti; ticketnya murah, bisa jalan-jalan, bisa merokok dan lain sebagainya.
Naik kereta ekonomi mutlak dipilih bagi banyak orang dengan alasan finansial yang terbatas begitu juga saya dan teman-teman waktu itu. Banyak cerita yang didapat ketika sedang menumpang kereta api ekonomi mulai dikejar-kejar Polisi KA karena gak bayar, kecopetan hingga mendapatkan jodohnya  ada salah satu sahabat saya yang mendapatkan isteri disana.
Kereta Api ekonomi memiliki nama lain (Laqob) dari para penumpangnya yaitu Kereta Api Argo Sabar. Penamaan itu sebenarnya berbau pemberontakan sih, dari kalangan bawah ke kalangan atas. Kalau biasanya orang berduit ya naik Kereta Api Eksekutif yang cepat dan yang kita tahu nama kereta apinya adalah Argo Anggrek, Agro Wilis, Argo Dwipangga dll sedangkan kereta api ekonomi yang biasa disalip diberi nama Argo Sabar, karena harus bersabar dan berhenti untuk memberi jalan Kereta Api Eksekutif yang namanya argo-argo itu.
Sebagai penumpang kereta api ekonomi harus rela bersabar beberapa menit hingga puluhan menit untuk berhenti di stasiun dan membiarkan KA Eksekutif untuk lewat dan tidak pernah sekalipun kereta api Eksekutif berhenti untuk mengalah dan memberikan jalan bagi kereta api ekonomi. Hukum tersebutlah yang berlaku di perkereta apian Indonesia kita ini.
Secara sekilas memanglah tidaklah menjadi masalah dengan sistem yang ada tersebut, tapi bila kita pikir lebih dalam lagi hukum kelas telah kita jadikan acuan dalam kehidupan bermasyarakat kita sehari-hari. Rakyat kecil yang tidak berduit harus mengalah pada Rakyat kaya yang berduit.ehmm....sungguh perlu dipikirkan.
Mungkin Sistem tersebut di atas perlu sekali-sekali diubah dengan menggunakan logika terbalik, bahwa KA eksekutif harus berhenti dan membiarkan KA ekonomi jalan atau lewat terlebih dahulu sebagai simbol toleransi orang kaya yang berduit kepada orang miskin yang terbiasa tidak mendapatkan pelayanan yang baik. Bisa nggak ya itu terjadi?Menurut saya bisa nggak bisa perlu dicoba!
Indonesia hari ini telah melakukan sebuah pencitraan yang tidak seperti biasanya, Indonesia yang dikenal masyarakatnya yang sopan, ramah dan toleran, hari ini telah berubah menjadi masyarakat yang haus darah dan tidak sayang pada sesamanya dengan beberapa kejadian yang terjadi beberapa hari terakhir ini.
Menurut asumsi saya bisa jadi salah satu penyebabnya ya karena layanan yang tidak seimbang antara kaum yang berpunya dengan kaum papa. Sehingga stratifikasi itupun semakin jauh dan mindset negatif pun subur pada kaum berpunya dan kaum papa yang menyebabkan mereka semakin mudah tersulut oleh provokasi murahan yang ada saat ini.
Oleh karena saya kira restrukturisasi berbagai lini dalam layanan masyarakat perlu dilakukan secara benar dan istiqomah biar semua layanan masyarakat merasakan layanan yang seadil-adilnya dan kejadian Argo Sabar diseruduk lagi pun tidak ada alagi.Amin.Wallahua’lam bishowab

No comments: