Tuesday, July 25, 2006

Mungkin Sebuah Pengharapan


Sebuah tatapan kosong nenek yang telah renta dibawah pohon bambu siang itu yang sampai saat ini tak kutahu maknanya…
Anak kecil itu pergi ke sawah dengan menggiring kambingnya dengan membawa sabit dan karung pupuk tempat rumput. Dia tidak lagi sekolah karena biaya yang kian mahal…
Wanita Paruh baya itu berjalan menyusuri pematang ladang untuk mencari pete untuk dijadikan pepes dan dijual keliling desa dikala matahari siang yang panas…
Beberapa lelaki dewasa sedang naik turun Tanggul sungai yang dalamnya 15 meter untuk menambang pasir yang kian lama makin habis…
Pemuda desa yang tidak lagi optimis menhadapi kehidupan karena sulitnya mencari kerja..
Si Tegar kecil pulang sekolah pulang sekolah berjalan kaki dengan seragam yang warnanya telah mulai kusam, rambut merah dan resleting celananya yang dikait dengan peniti yang sedikit berkarat…
Sawah-sawah yang menguning bukan karena sudah saatnya panen tapi karena keterlambatan pemberian pupuk akibat birokrasi yang kian rumit..
Seorang pedagang pentol goreng yang mondar mandir membawa dagangannya tanpa pernah berhenti karena tidak ada pembeli dimusim paceklik tahun ini….
Ya Allah berilah hambamu ini kekuatan untuk berbuat sesuatu dan tidak lagi hanya air mata yang menetes karena ketidakberdayaan dalam melihat penderitaan rakyat negeri ini….!!!

Thursday, July 20, 2006

Secuil Lamunan Pagi di Kota Seribu Gempa ( Yogyakarta)....



" Disini negeri kami tempat padi terhampar luas, samudranya kaya raya negeri kami subur Tuhan" sebuah penggalan nyanyian mahasiswa yang biasa digunakan dalam melakukan aksi turun jalan seolah menjadi impian yang tak terwujud dalam situasi sekarang ini....

Negeri yang namanya Indonesia sekarang ini tak lebih dari sebuah negeri yang terseok yang penuh duka, Gempa Bumi, Banjir, kekeringan, kelaparan, Tanah longsor, gagal panen, pengangguran, putus sekolah, kejahatan dimana-mana........

Inikah negeri yang dulu disebut Gemah Ripah Loh Jinawi itu? suatu slogan yang telah terbang tinggi dari negeri ini...

Sampai kapan situasi seperti ini akan terjadi dibumi pertiwi ini....

Kapankah sebuah Baldatun Thoyyibatun Wa Robuun Ghoffur itu akan tercapai....

Oh..... PR yang besar bagi kita semua....

Kepada semua golongan terdidik mampukah anda menjadi opinion leader inovatif ( Minjem istilah Prof. Noeng Muhadjir)?

Kepada semua Ulama mampukah anda menjadi panutan bagi masyarakat?

Kepada semua Pemimpin bangsa, mampukah anda menjadi pemimpin yang adil dan mengayomi rakyat?

Mampukah semua elemen bangsa untuk melaksanakan kewajiban secara tulus?

Mampukah kita sebagai warga negara untuk bersatu dalam sebuah komitmen kebangsaan untuk membangun negeri tercinta ini...?

Kita sadar memang terkadang kita banyak perbedaan, tapi haruskah itu semua menjadi sebuah penghalang untuk mewujudkan impian kita bersama......

Tidak malukah kita kepada Tuhan yang telah memberikan mandat-Nya kepada kita untuk menjadi Kholifah fil 'Ard.....?

marilah sejenak instropeksi diri.......

Sunday, July 16, 2006

sebuah harapan...


Ya Allah.......
sudikah Engkau untuk membelaiku.....?
Aku rindu akan itu lagi....
Ku tahu uluran tangan ghoibMu selalu Kau ulurkan kepadaku..
tapi maaf aku terkadang memang salah kepada- MU untuk tidak menyambut-Mu
Kini aku ingin mencintai-Mu lebih dalam lagi, meskipun dengan kaki yang terseok-seok..
dan semoga nanti aku bisa untuk melangkah lebih tegak....

Friday, July 14, 2006

Kearifan yang telah terbang tinggi........

pagi ini secara tak sengaja aku mengengar si kecil ninda anak pak kosku menyanyikan lagu hit terbaru Ratu "lelaki buaya darat". karena keterbatasan sensornya mungkin dia hanya bisa terus mengulang bagian reffnya " lelaki buaya darat....Busyet...aku tertipu lagi..." dia menirukan nyanyian itu dari replika HaPe Nokia 6600 yang dibelikan bapaknya dipasar....

Pagi itu aku sedang mandi dan Ninda sedang bermain dengan ibunya dan adeknya Zidan....setelah mendengar itu bayanganku terbang ke masa kecilku dulu....

masa kecil yang penuh keceriaan bersama teman-temanku kala itu...........

meskipun dengan keterbatasan alat main tapi kala itu kami bermain dan bernyanyi bersama dengan senangnya.....

sebuah nyanyian yang akrab ditelingaku kala itu adalah nyanyian dolanan jawa yang seperti gundul pacul, jaran bei, lir ilir dan yang lain-lain......

alat maen kami kala itu hanya sebuah ketepel, gasing dari kayu pete, kaleng bekas, tanah liat, dan tutup botol yang biasa kami sebut kempyeng dan bermaing layang-layang yang bahanya bukan dari kertas tapi dari plastik sisa dari karung pupuk dan untuk lemnya kami rekatkan dengan obat nyamuk yang menyala......

bahan maenan itu kami cari disekitar rumah dan kami buat sendiri sesuai dengan maksud dan fungsi dari mainan itu........

waktu terus berjalan......masa pun terus berganti....

Dan sekarang anak-anak lebih senang bermain dengan Play Station, Tamiya, atau lebih gampangnya ngajak orang tua ke Game Zone......

Tak sengaja aku meneteskan air mata........."kemanakah suasana kecilku dulu yang penuh dengan improvisasi untuk mendapatkan sebuah maenan yang menurut subyektifitasku kala itu sangat perfect dan bisa dihandalkan memberikan kebahagian?" dan "kemanakah nyanyian dolanan kala itu yang sangat mudah ku hapal dan nyanyikan meskipun untuk mengeti maknanya aku sangat terlambat tapi aku tidak menyesal karena ternyata nyanyianku kala itu sarat dengan makna dan kearifan?"

Oh benarkah kau telah terbang sekarang......?

Tegahkah kau membiarkan anak-anak sekarang menikmati sesuatu yang terlihat indah, simpel tetapi melenakan itu...?

kuingin kau turun lagi dan membelai dengan lembut kepala mereka dan menyampaikan kearifan tanpa lilin ( yang menurut David Becker dalam Digital Fortress diartikan Kearifan yang tulus )

haruskah Tuhan untuk ikut intervensi dalam hal ini untuk menyuruhmu kembali turun ke bumi...? Kalau itu memang maumu akan kuajak jutaan orang merayu Tuhan untuk menyuruhmu kembali turun ke bumi.....

Kutunggu kamu ya.....!

Wednesday, July 12, 2006

tentang aku...


Kami tak berani menatap langit

Bumi yang terbaring

Terus mengerang Menghisap airmata kami

(Tapi tak menghilangkan, sayang, bahkan menambah dahaga)

tentang aku...

Kami tak berani menatap langit

Bumi yang terbaring

Terus mengerang Menghisap airmata kami

(Tapi tak menghilangkan, sayang, bahkan menambah dahaga)

ilmu yang tak terduga

"Ora Obah Orah Mamah" jargon yang tertera dalam kaos perkumpulan pedagang asongan di kereta api ekonomi pasundan siang itu....

hatiku pun sentak berkata hebat banget..................

manifestasi Innallaha La Yughoyyiru ma biqoumin hatta Yughoyyiru ma bianfusihim ternyata kutemukan secara nyata pada mereka....

perjuangan tenaga mereka luar biasa.....

loncat dari gerbong ke gerbong....

turun dari stasiun ke stasiun lain.....

menawarkan barang dari penumpang ke penumpang...

tanpa rasa capek meskipun terkadang beban keluarga yang berat slalu mengiringi mereka....

otak nakalku bilang: enak banget ya mereka pahala mereka.....

berapa kata yang telah ia ucap dan berapa langkah yang telah mereka tempuh untuk menawarkan barang....kan niatnya udah jelas cari Ma'isyah bagi keluar pasti banyak banget pahala mereka....

InsyaAllah mereka pun masih menjaga kehalalan sumber pencaharian mereka karena terlihat mata yang tulus pada diri mereka....

Luar Biasa................

semoga dalam hidup nanti aku memiliki semangat seperti mereka atau bahkan lebih.Amien....