Wednesday, December 13, 2006

Seteguh Abah Semenyentuh Bunda

Duhai Abah yang mulia
Sudilah kiranya abah menerima pelukan nanda
Karena nanda ingin mengerti lebih dalam arti perjuangan seorang abah untuk nanda…
Terlihat kaki abah terus melangkah walaupun panasnya jalanan sedang merekah…
Tubuh abah terus berdiri tegak walaupun badai terus menerjang..
Mata abah terus memandang ke depan walaupun lambaian semu duniawi terus datang..
Dan…….. kesucian batin abah yang terus kokoh tak terguncang bagai karang…
Duhai abahku pancarkanlah keteguhanmu itu dalam setiap dzikir, pikir dan amal sholeh ananda ini…

Duhai Bunda tercinta
Masih terngiang ditelingaku…
Untaian ayat suci yang kau ajarkan kepadaku waktu itu
Dongeng-dongeng penuh makna yang kau persembahkan kepadaku sebelum tidur
Nasihat-nasihat tulus dari bibirmu yang berhias dengan dzikir itu dan tak pernah usang ditelan waktu..
Sungguh semuanya masih terngiang ditelingaku bunda

Duhai bunda tersayang
Masih terasa di kepalaku belaianmu yang lembut itu..
Belaian dari jari jemari yang terus memutar tasbih….
Jari jemari yang sangat fasih menghidangkan masakan lahir dan bathin bagi keluarga
Belaian dengan hiasan senyuman yang elok bagai bulan purnama..

Duhai bunda…
Setiap kedipan matamu menggerakkan detak jantungku
Setiap gerakan dzikirmu mengontrol pergerakan jiwa dan ragaku
Setiap masakan yang terhidang mengandung ruh kasih sayang dan menjadi nutrisi yang suci bagi semua bagian keluarga.

Duhai bunda
Sentuhanmu itu menjadi kekuatan yang dasyat bagiku
Untuk terus berusaha menjadi satria dan Qurrota A’yun bagi Abah dan Bunda


Langgar Yasnaya Polyana
Yogyakarta, 13 Desember 2006
15.34 WIB

No comments: