Monday, February 01, 2010

Guru yang Tak Terbatas

Guru, sebuah kata yang tidak asing bagi semua orang karena seluruh orang didunia ini hampir dipastikan memiliki guru, dalam terminology jawa guru merupakan sosok yang bisa digugu dan ditiru (bisa dicontoh ucapan dan perbuatannya).
Guru seringkali ditemui di sekolah yang biasa disebut dengan bapak dan ibu guru, ditemui di mushollah disebut ustadz dan ustadzah, di perguruan beladiri ada yang disebut master, sinpe atau guru dll, kalo dipesantren disebut kyai, di klub olah raga disebut pelatih atau di tempat pelatihan biasa disebut trainer dan masih banyak lagi yang lainnya.
Berdasarkan hal tersebut diatas guru yang biasa kita kenal adalah orang yang memberikan sesuatu kepada kita berupa ilmu, keahlian atau ajaran tentang nilai yang terbatas pada tempat, waktu dan materi tertentu.
Penulis memiliki pemikiran bahwa sebenarnya guru itu tidak hanya sebatas itu, kita bisa menjadikan apapun dan siapapun untuk menjadi guru kita, baik itu benda mati ataupun mahluk hidup, dan yang tampak maupun tidak tampak.
Coba kita renungkan sejenak dengan apapun yang ada disekitar kita, apakah apapun itu telah bisa menjadi guru kita atau tidak atau diri kita saja yang kurang bisa mengetahui tentang apapun itu.
Dalam sejarah peradaban dunia guru memiliki peran yang sangat luar biasa, manuasia produk peradaban yang besar pasti memiliki guru yang luar biasa juga. Sebut saja Nabi Muhammad memiliki guru yang luar biasa yaitu Malaikat JIbril yang selalu menyampaikan wahyu-wahyu Ilahi. Pengetahuan dan ilmu Rosulallah turun kepada para sahabat, para imam hingga pada kita sampai saat ini.
Seorang Mahatma Gandhi yang terkenal seantero jagat dengan ajaran Ahimsanya pun pernah berguru pada seorang Leo Tolstoy. Leo Tolstoy adalah sosok yang luar biasa, Beliau merupakan guru spiritual terbesar dizamannya dan meninggalkan hiruk pikuk kepopulerannya untuk pergi ke sebuah lembah yang dikenal dengan nama Yasnaya Polyana dan menyepi disana untuk memperoleh kebajikan abadi.
Penulis meyakini bahwa manusia-manusia besar dalam sejarah peradaban dunia ini merupakan manusia pembelajar yang selalu belajar untuk mencari sebuah kebenaran dan kebajikan. Misalnua kita belajar keistiqomahan dari tetesan air kepda batu yang menjadikannya berlubang. Tetesan air kecil pada batu seolah tidak berdaya tapi setelah sekian lama ternyata membuat batu yang keras itu menjadi berlubang.
Kita juga bisa belajar kerja keras dari sebuah motto hidup para penjual asongan di kereta api Surabaya-Yogya “Ora Obah Ora Mamah” yang bila di kaitkan dengan ayat dalam Al Quran merupakan sebagai manifestasi Innallaha La Yughoyyiru Ma Bi Qoumin Hatta Yughoyyiru Ma Bi Anfusihim yang sangat luar biasa itu.
Para guru sebenarnya telah menyebar dan tersebar disekitar kita dan siap memberikan apapun kepada kita untuk menjadikan kita lebih bisa tahu, faham, mengerti untuk melakukan amal sholeh mencapai Ridlo-Nya.Sudahkah kita membuka hati dan otak kita terus menerima kebenaran? Sudahkan kita memaksimal panca indera kita untuk mencari Ilmu dan kebenaran itu dari manapun dan siapapun gurunya? Semoga bisa menjadi bahan perenungan.


Malang, 2 February 2010: 05.01 WIB

No comments: